![]() |
Gambar Masjid Agung Tuban 2014 |
Masjid yang didirikan pada abad ke-15 Masehi, yakni pada masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo (Bupati Tuban ke-7), letaknya tidak jauh dari kompleks makam Sunan Bonang, salah seorang Wali Songo. Raden Ario Tedjo sendiri merupakan Bupati Tuban pertama yang memeluk Islam.
Kota Tuban, bagaimanapun tidak dapat dipisahkan dari nama besar Sunan Bonang. Meski Kota Tuban bukan satu-satunya kota tempat Sunan Bonang berdakwah, tetapi karena ia dimakamkan di Tuban, maka tidak salah jika ia sering disebut Sunan Tuban. Ada pula yang menyebutkan makamnya di Lamongan.
Seperti para wali yang lain, Sunan Bonang juga mendirikan sebuah masjid sebagai pusat kegiatan dakwahnya. Masjid Astana itulah nama masjid yang didirikannya, yang kini menjadi bagian dari bangunan kompleks makam Sunan Bonang.
Bangunan masjid kecil yang didirikan Sunan Bonang ini kemudian berkembang menjadi tempat ibadah sekaligus tempat dilangsungkannya kegiatan belajar dan mengajar mengenai Islam.
Dalam perkembangan selanjutnya, bangunan masjid ini diperluas menjadi bangunan masjid yang dikenal sebagai Masjid Agung Tuban saat ini. Masjid Agung Tuban, yang dahulu bernama Masjid Jami, sempat mengalami beberapa kali renovasi.
Renovasi selanjutnya dilakukan tahun 1985, di mana bangunan masjid mengalami perluasan. Kemudian, di tahun 2004 dilakukan kembali renovasi bangunan Masjid Agung Tuban oleh pemerintah Kabupaten Tuban.
Renovasi yang dilakukan kali ini meliputi pengembangan satu lantai menjadi tiga lantai, menambah sayap kiri dan kanannya dengan mengadopsi arsitektur bangunan berbagai masjid terkenal di dunia serta penambahan enam menara masjid dengan luas 3.565 meter persegi.
Timur Tengah dan Eropa
Bagi mereka yang sudah lama tak berkunjung lagi ke Kota Tuban, dapat dipastikan akan sedikit kaget (pangling: Jawa) dengan keberadaan Masjid Agung yang baru ini.
Dahulunya, sebelum renovasi terakhir tahun 2004, Masjid Agung yang terletak di bagian Alun-alun Kota Tuban ini, masih sangat sederhana, dan tak tampak sisi menariknya. Ia sama saja dengan masjid-masjid lain di Indonesia.
Namun, setelah melalui renovasi sekaligus revolusi besar-besaran, pembangunan Masjid Agung ini dibuat seindah dan semenarik mungkin. Renovasi terakhir ini menelan biaya hingga Rp 17,5 miliar. Karenanya, bangunannya pun kini tampak indah dan megah. Tak heran bila akhirnya masjid ini mendapat julukan salah satu masjid terindah di Jawa Timur.
Masjid yang letaknya berdekatan dengan makam Sunan Bonang ini memiliki keindahan yang tak kalah dengan masjid-masjid terkenal di penjuru nusantara. Bangunan masjid ini memiliki berjuta keindahan wisata religi dengan gaya ala bangunan masjid dalam dongeng 1001 malam.
Dengan ornamen yang cantik, ditambah dengan polesan yang begitu detail, lantai keramik yang indah, tembok yang penuh ukiran, sampai kubah yang bercat warna-warni, membuat masjid ini menjadi semakin mewah dan indah.
Bila bentuknya kita amati, Masjid Agung Tuban ini memiliki ciri khas tersendiri. Secara garis besar, bentuk bangunannya terdiri atas dua bagian, yaitu serambi dan ruang shalat utama. Bentuknya tidak terpengaruh dengan bentuk masjid di Jawa pada umumnya yang atapnya bersusun tiga. Arsitektur masjid ini justru terpengaruh oleh corak Timur Tengah, India, dan Eropa. Sekilas bangunannya tampak ada kemiripan dengan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Tak hanya itu, bila diperhatikan dari model menaranya, Masjid ini seperti Blue Mosque (Masjid Biru) yang ada di Istanbul, Turki. Dan bila diperhatikan dari bentuk kubahnya, ia laksana Taj Mahal di India. Perpaduan ragam arsitektur itu, menambah indah Masjid Agung Tuban ini.
Bahkan, dilihat dari pantai Kota Tuban, keindahan Masjid ini juga semakin menarik. Banyak warga Tuban yang memanfaatkan keindahan pantai Tuban untuk beristirahat sekaligus menikmati pemandangan Masjid Agung Tuban dari sudut lain.
Keunikan lain dari Masjid Agung Tuban ini juga terlihat dari berbagai benda-benda peninggalan Wali Songo yang terdapat di dalamnya. Benda-benda bersejarah tersebut, antara lain berupa kitab Alquran kuno yang terbuat dari kulit, keramik Cina, pusaka, dan sarkofagus. Benda-benda tersebut saat ini disimpan di Museum Kembang Putih Tuban.
Saksi Dakwah Sunan Bonang
Masjid Agung Tuban selain sebagai sarana ibadah juga digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Terlebih lagi Kabupaten Tuban merupakan kabupaten pertama pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit yang bupatinya memeluk agama Islam.
Pada masa itu memang mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Hindu. Peran penting Tuban yang saat itu menjadi bandar perdagangan internasional yang banyak dikunjungi pedagang dari penjuru dunia termasuk pedagang dari Persia, Irak, India yang membawa penyebar agama Islam.
Salah satu tokoh penting yang ikut andil dalam penyebaran agama Islam di wilayah Pulau Jawa bagian timur ini adalah Sunan Bonang. Dari bangunan masjid kecil yang ia dirikan, salah satu dari sembilan wali penyebar Islam di tanah Jawa ini memberikan pengajaran mengenai Islam kepada penduduk setempat.
Dalam berdakwah, Raden Makdum Ibrahim nama lain Sunan Bonang, sering menggunakan alat musik tradisional yang disebut bonang. Bonang adalah sejenis gamelan yang terbuat dari besi atau kuningan yang bagian tengahnya dibuat menonjol. Bila tonjolan itu dipukul dengan kayu yang lunak, maka akan timbul suara yang merdu.
Pada waktu itu, bunyi demikian sudah sangat mengasyikkan telinga. Apalagi yang membunyikan bonang itu seorang wali, maka bunyinya mempunyai pengaruh yang luar biasa. Sehingga, banyak penduduk yang berbondong-bondong ingin menyaksikan dan mendengar dari dekat.
Sunan Bonang yang cerdik sudah memperhitungkan hal itu, maka ia mempersiapkan sebuah kolam di depan masjid. Siapa yang masuk ke masjid harus membasuh kakinya. Setelah mereka berkumpul di dalam masjid, ia pun mengajarkan tembang-tembang yang berisikan ajaran Islam.
Sepulangnya dari masjid, tembang itu mereka hafalkan di rumah. Sanak saudara mereka pun turut menyanyikan tembang itu karena tertarik akan kemerduan lagunya. Demikian cara Sunan Bonang berdakwah sehingga santrinya tersebar di berbagai penjuru nusantara.
Meski bangunan Masjid Agung Tuban ini tidak didirikan secara langsung oleh Sunan Bonang, tetapi ia tetap kaya akan nilai-nilai sejarah. Paling tidak hadirnya masjid ini telah menjadi saksi sejarah keberhasilan Sunan Bonang mendakwahkan Islam di wilayah Tuban.
Mitos
Banyak cerita rakyat yang berkembang di Tuban akan kiprah dan sosok Sunan Bonang. Cerita itu kini telah menjadi mitos yang patut diteliti kembali kebenarannya. Salah satunya, konon, ketika pembangunan masjid dilakukan, banyak warga setempat yang meragukan ketepatan akan tempat imam mengarah ke kiblat (Ka’bah). Mereka pun menyampaikan hal tersebut pada Sunan Bonang.
Atas pertanyaan dan keraguan warga itu, Sunan Bonang melubangi sebuah batu dekat tempat imam dengan tongkatnya. Setelah itu, tongkat pun dicabut dan lubang itu diperlihatkan pada masyarakat. Dari lubang itu, warga masyarakat bisa melihat kiblat (Ka’bah), dan akhirnya mereka menyatakan bahwa tempat imam tepat dengan arah kiblat.
0 0 komentar: